Terimakasih

Selama ini sudah terlalu banyak menulis hal-hal sedih tentangmu dan terlalu banyak kata maaf yang keluar.

Kali ini, ingin banyak mengucapkan terimakasih untukmu.

Terimakasih sudah mau mengenalku.
Terimakasih mau berbagi cerita dan juga mendengarkan.
Terimakasih atas nyanyiannya yang selalu menghibur.
Terimakasih sudah berkunjung ke semarang.
Terimakasih buat foto-fotonya.
Terimakasih untuk beberapa film yang sudah kita tonton.
Terimakasih traktirannya.
Terimakasih sudah jadi partner diskusi apapun.
Terimakasih senyumnya, terimakasih peluknya 😉
Dan terimakasih semangatnya yang tentu akan selalu menguatkan.

Maaf kalau yang kuingat dan kutulis beberapa hari ini hanya hal-hal sedih, maaf kalau sering lupa bahwa sebetulnya lebih banyak hal manis yang kamu tinggalkan dibanding rasa sakit.

Terimakasih ya untuk selalu menjadi dirimu sendiri.

Untitled

"Halo, assalamu'alaikum", sapamu.

Pagi ini sedikit berbeda, engkau yang biasanya menyapa dengan kantuk, kali ini terdengar lebih segar dibanding biasanya.

Seolah sudah tau bahwa aku rindu mengobrol denganmu, kamu mulai bercerita dan tentu saja aku yang selalu senang mendengar apapun darimu tidak ingin terlewat sedikitpun. Meskipun hanya sekedar obrolan sehari - hari atau bahkan obrolan receh yang kadang tidak kumengerti. 

Setelah beberapa menit berlalu, tiba-tiba kamu menanyakan hal yang mungkin akan menjadi pembuka obrolan serius pagi ini. Kamu bertanya kenapa waktu itu aku sempat berpikir untuk tidak menikah, dan kujawab sama persis seperti waktu itu. Aku hanya capek dengan ekspektasi orang-orang yang gak kunjung selesai. Lelah dengan pertanyaan dan harapan-harapan yang selalu muncul. Mungkin mendengar jawabanku seperti itu, kamupun bertanya kembali untuk memastikan, "gapapa aku membahas ini sama kamu?"

"iya gapapa." jawabku. Dan tentu saja kamu tau aku berbohong, namun saat itu kamu memilih untuk melanjutkan ceritamu.

Cerita tentang sebuah harapan. Harapan yang tidak seharusnya ada dan tumbuh di hati seseorang kepadamu. Harapan yang tidak pada tempatnya atau hanya sekedar salah waktunya akupun tak tau. Hanya saja bagimu semua sama, jangan terlalu berharap apalagi untuk sesuatu yang tidak pasti. 

Entah sudah keberapa kali kamu selalu bilang padaku untuk tidak terlalu pada banyak hal, tidak terlalu banyak ekspektasi ataupun harapan. Dulu aku belum begitu paham mengapa kamu begitu, ternyata ada cerita dibalik itu. Kamu sudah pernah merasakan bagaimana rasanya harapan itu dipatahkan dan dihancurkan orang lain dengan mudahnya, tidak sekali, dua kali, tapi beberapa kali.

Gelas yang tadinya kosong dan diisi penuh dengan harapan serta usaha yang panjang kemudian ditumpahkan dan dipecahkan begitu saja. Seperti itulah ketika berharap lebih kepada manusia, kepada makhluk yang bahkan tidak punya kuasa atas dirinya sendiri. Begitu kamu menjelaskannya padaku. 

Aku masih diam dan mencoba mencerna mau kemana arah obrolan kami. Lalu kamupun mulai berbicara tentang keinginan adikmu soal pasanganmu nanti. Pasangan yang tidak ingin terlampau jauh jarak umurnya dengannya, tidak terlalu muda namun juga tidak ingin yang lebih tua katanya. Aku tau karena akupun juga seorang adik yang dulu juga punya harapan seperti itu untuk kakakku.

Akupun masih belum menanggapi apa-apa, lalu kamu bertanya kembali,

"Kalau tiba-tiba aku nikah gimana?"

"Ya gapapa dong, berarti sudah bertemu dengan jodohnya kan."

Kataku,  yang tanpa kusadari hujan mulai turun pagi itu di sudut mataku. Mungkin aku bisa membohongimu dan orang lain tapi tidak dengan diri dan hatiku sendiri.

Saat itu, setelah mendengar pendapat dan ceritamu, aku mulai mengerti apa jawaban dari pertanyaanmu diawal, pertanyaan tentang kenapa aku pernah berpikir untuk tidak menikah dan tidak percaya lagi kepada orang baru. Mungkin bukan karena aku capek menunggu atau menanggapi ekspektasi orang, tapi karna aku merasa malu dan tidak pantas untuk siapapun saat ini, terlebih untukmu.

Satu hal yang tidak kamu tau, ketika kamu bilang bahwa jangan terlalu berharap apalagi kepada yang belum pasti --- bagaimana bisa aku berharap kalau gelas yang akan kuisi dengan harapan saja aku sudah tidak memilikinya. Ya, sama sepertimu sudah banyak gelas harapan yang juga tumpah dan hancur karena ekspektasiku sendiri. 

Telponpun akhirnya kita sudahi setelah waktu menunjukkan 2 jam penuh kita berbicara. Rasanya begitu lucu dan aneh cerita pertemuan kita yang tidak romantis, yang mungkin terpaksa dan berjalan begitu saja karna urusan pekerjaan. Tak pernah ada di pikiranku menjadikanmu istimewa di hidupku. Tanpa sadar waktu berjalan bergitu cepat sampai sejauh ini, sampai di titik melepaskanmu begitu melelahkan untukku. 

Terimakasih untuk waktu dan ceritanya.

Hati-hati di jalan.

- 23.07




Aku Mencarimu.

Ketika badan mulai gerah, tanda hujan segera datang.

Kubersiap dengan payung, jas hujan dan segala macam peralatan yang bisa melindungiku dari datangnya tetesan air yang tak bisa kucegah.

Dan ketika rintik gerimis mulai turun,
Orang - orang berlarian mencari tempat berteduh.
Saat itu aku mencarimu.
Aku mencarimu ditengah titik hujan yang deras, namun begitu hening.

Ketika penat menghampiri, lelah, dan letih setelah seharian mondar-mandir, urus ini itu, meeting sana sini, orang-orang mulai tertidur kelelahan dengan iringan adzan dzuhur yang mulai berkumandang.
Saat itu, Aku mencarimu.
Aku mencarimu diantara adzan dan iqomah.

Selepas bel berbunyi, semua berlari terburu buru menghampiri mesin absen dan bergegas pulang.
Seharian penuh rasanya sudah menjadi orang tersibuk di dunia, tak terasa terlelap begitu saja.
Saat itu, Aku mencarimu.
Aku mencarimu disepertiga malamku.

Dan aku mencarimu lima kali selepas salamku.

Maaf

Maaf, aku belum bisa menepati janjiku untuk tidak terlalu pada banyak hal.

Maaf, aku belum bisa menepati janjiku untuk biasa dengan perubahan.

Maaf, aku belum bisa menepati janjiku untuk gak menulis hal-hal sedih lagi, hal-hal yang mengingatkanku tentangmu.

Maaf, kalau aku terlalu sering minta maaf dan bikin kamu kesel.

Maaf. maaf kalau aku masih sering nangis ya.

Ps. Tenang aku gak akan nangis didepanmu kok :)

Selamat Bertumbuh

Selamat menjadi manusia dewasa, yang dimana pasti kamu akan menemui lebih banyak masalah.

Selamat menjadi manusia dewasa, demi mampu tersenyum kamu perlu melalui banyak rintangan dengan sekuat tenaga.

Selamat menjadi manusia dewasa, menjalani hari tidak semudah ketika hanya dibebani oleh tugas-tugas sekolah.

Selamat menjadi manusia dewasa, dengan ekspektasi segudang tentang pencapaian hidup.
Selamat menjadi manusia dewasa, berdiri diatas kaki sendiri.

Ya selamat menjadi manusia dewasa, yang tidak seindah seperti fase remaja, yang perjalanannya melelahkan dan kerap kali dipatahkan dan dihancurkan dari berbagai sisi.

Selamat menjadi manusia dewasa, meskipun sudah berjuta kata menyerah terlontar setiap harinya, tapi kamu tetap bertahan sampai hari ini.

Selamat menjadi dewasa, selamat bertumbuh.

Ps. Selamat tanggal 1 Juni, semoga selalu bahagia. :)